Berbeda Dengan Smelter Lainnya, PT KFI Berikan Teknologi Terbaru Di Kaltim

Samarinda,Lansir.Id – PT Kalimantan Ferro Industry (PT KFI) tengah membangun smelter dengan teknologi terbaru yang berbeda dari teknologi smelter lainnya di Indonesia. Proyek kawasan nikel terpadu ini akan mencakup 18 line nikel smelter, pabrik baja, dan HPAL dengan rencana proyek senilai Rp 30 triliun di Pendingin, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim).

Muhammad Ardhi, Owner Representative PT KFI, menyatakan bahwa PT KFI merupakan perusahaan industri smelter pertama yang berada di Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Kartanegara. Selama Indonesia merdeka, belum ada industri pabrik yang dibangun di Kalimantan selain PT KFI. Dukungan kuat dari pemerintah provinsi dan kabupaten memperkuat posisi PT KFI.

“Kami akan membangun 18 line smelter berikut dengan pabrik baja. Teknologi RKEF terbaru yang kami gunakan menggunakan energi angin untuk pendinginan. Menurut Kementerian Perindustrian RI, teknologi PT KFI berbeda dengan yang ada di Indonesia selama ini,” ujar Ardhi dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Dirut PT KFI di DPR RI, Senayan.

Ardhi juga menyebutkan bahwa PT KFI telah menyelesaikan pembangunan dua line yang sudah beroperasi. Satu line telah melalui tahap commissioning, dan satu lagi akan menyusul pada akhir Juli 2024. Dua line lainnya dijadwalkan commissioning pada Agustus 2024. Saat ini, dua line sudah beroperasi, dan empat line sedang dalam tahap penyelesaian.

“Kami akan terus membangun hingga mencapai 18 line, sehingga investasi senilai Rp30 triliun dapat tercapai,” tambahnya.

Alasan keberadaan PT KFI di Kaltim adalah surplus energi sebesar 500 MegaWatt (MW) di Kaltim dari listrik PT PLN Persero Tbk. pada tahun 2019. Dengan adanya PT KFI, perusahaan ini akan menggunakan 800 MW dari PT PLN melalui perjanjian kontrak kerja sama yang ditandatangani pada 31 Desember 2021.

“Kami menggunakan 100% listrik dari PLN, tanpa pembangkit batu bara di pabrik kami, sehingga lebih bersih dan ramah lingkungan. Pembayaran kami kepada BUMN mencapai Rp35 miliar per bulan hanya untuk dua line. Jika 18 line sebesar 800 MW, pembayaran kami akan setara dengan Rp6,3 triliun per tahun,” jelasnya.

Selain itu, PT KFI akan membayar BUMD untuk pemenuhan air sebesar 280 juta per bulan, serta mendukung Bank Kaltimtara (BUMD) untuk membangun aktivitas perekonomian daerah. Meskipun banyak Penanaman Modal Asing (PMA) ragu menggunakan bank lokal bahkan nasional, PT KFI merasa kehadirannya harus memberikan manfaat bagi masyarakat daerah.

Ardhi menambahkan bahwa PT KFI telah melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan pabrik industri smelter dengan memberdayakan Unit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) selama dua tahun terakhir.

“Kami telah menggelontorkan lebih dari Rp 100 miliar untuk UMKM karena bagi kami, keberlangsungan kami adalah keberlangsungan masyarakat juga,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

INFOGRAFIS

Advertismentspot_img

TERPOPULER