Samarinda,Lansir.Id – Anggota Komisi II DPRD Samarinda, Laila Fatihah, mengamati tren tingginya minat masyarakat terhadap pakaian bekas impor (thrifting) di Samarinda. Namun, popularitas pakaian bekas ini tampaknya berdampak pada produk lokal. Berdasarkan pengamatan Laila, pakaian bekas impor seringkali bermerek dan dijual dengan harga lebih terjangkau dibandingkan produk lokal sejenis.
“Produk thrifting ini terkenal bermerek dan harganya bersaing dengan produk lokal, bahkan lebih terjangkau meskipun bekas,” ujar Laila pada Rabu (24/7/2024).
Laila mengakui bahwa popularitas pakaian bekas impor memiliki dua sisi. Di satu sisi, bisnis thrifting dapat mendukung pelaku usaha kecil menengah (UMKM). Namun, di sisi lain, keberadaannya berpotensi merusak pasar bagi industri produk lokal.
“Dilema ini membuat kita berpikir keras. Mematikan bisnis thrifting bisa berdampak buruk bagi pelaku usaha yang sudah berjalan, namun kita juga harus memastikan agar produk lokal tetap diminati oleh masyarakat,” tambahnya.
Selain itu, Laila menyoroti dampak lingkungan dari penjualan pakaian bekas impor. Limbah tekstil yang dihasilkan oleh industri ini menjadi masalah serius.
“Saya berpendapat bahwa penjualan thrifting harus dipertimbangkan dengan hati-hati, mengingat dampak negatifnya terhadap industri lokal dan lingkungan,” tutup Laila.
Dengan pertimbangan ini, masyarakat dan pelaku usaha perlu mencari keseimbangan antara popularitas produk bekas impor dan keberlanjutan industri lokal. Dukungan terhadap UMKM dan kesadaran akan dampak lingkungan harus menjadi pertimbangan utama dalam menghadapi fenomena thrifting yang semakin berkembang. (Adv)