PT Pertamina (Persero) memastikan proyek strategis nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan sejalan dengan peta jalan transisi energi Indonesia. Proyek RDMP Balikpapan akan menjadi kilang ramah lingkungan karena dapat menurunkan emisi gas buang yang signifikan. Ini dikarenakan kilang efisien dari segi energi untuk operasional dan menghasilkan produk bahan bakar minyak ramah lingkungan. Dengan kemampuan tersebut, proyek RDMP Balikpapan telah mendukung program net zero emission (NZE) pada 2060 yang telah dicanangkan pemerintah. Sebagai proyek dengan investasi terbesar, RDMP Balikpapan membawa multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Pasalnya, proyek tersebut juga melibatkan perusahaan daerah, menyerap tenaga kerja lokal, serta Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditargetkan mencapai 30 sampai 35 persen.
Saat proyek itu selesai, diproyeksikan dapat menghemat current account atau rekening sebesar 2,5 miliar dollar AS per tahun, baik dari produk bahan bakar minyak (BBM), liquefied petroleum gas (LPG), maupun petrokimia. Pertamina melalui subholding refinery and petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah menyelenggarakan Closing Ceremony Project Financing RDMP Balikpapan, Jumat (23/6/2023). Pendanaan pembangunan proyek tersebut mendapatkan kepercayaan serta dukungan dari empat Export Credit Agency (ECA) dan 22 kreditur komersial yang nilainya mencapai 3,1 miliar dollar AS yang akan disalurkan kepada PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB). Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury menyampaikan, sektor energi merupakan elemen yang sangat penting untuk perkembangan ekonomi, karena tidak ada aktivitas dapat terjadi tanpa dukungan energi.
pada Masa Transisi Energi Ia menyebut keberhasilan pembiayaan proyek RDMP Kilang Balikpapan merupakan suatu prestasi untuk Pertamina, KPI, dan KPB. “(Pembangunan) ini merupakan project financing terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini, bahkan komitmen yang disampaikan kreditur mengalami over-subscribe hingga 42 persen,“ ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (24/6/2023). Capaian tersebut, lanjut Pahala, membuktikan bahwa Pertamina dinilai sebagai perusahaan energi global yang tepercaya dan memperlihatkan betapa besar serta strategisnya proyek RDMP Balikpapan. Oleh karenanya, ia meyakini, Pertamina mampu untuk menyelesaikan proyek RDMP Kilang Balikpapan dan bisa meningkatkan produksi dari 260.000 barrel per hari menjadi 360.000 barrel per hari.
“(Pembangunan dan peningkatan produksi) ini sangat penting bagi kami dan Indonesia,” ujar Pahala. Jadi kilang modern ramah lingkungan Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa proyek RDMP Balikpapan akan menjadi kilang modern ramah lingkungan. Pasalnya, kata dia, proyek tersebut dapat menurunkan emisi karbon dari efisiensi energi operasi serta produk yang akan dihasilkannya. “Kilang Balikpapan nantinya bisa memproses hampir semua jenis mentahan. (Selain Itu) daya proses lebih canggih, sehingga bisa mencari mentahan lebih efisien dan murah, karena bisa untuk mentahan sulfur tinggi,” imbuh Nicke.
Kualitas produk yang dihasilkan, lanjut dia, akan meningkatkan standar emisi yang diterapkan Indonesia, dari Euro 2 yang dikeluarkan 1996, menjadi Euro 5 (2009). Nicke mengungkapkan, upaya pihaknya untuk menuntaskan RDMP Balikpapan tak terhalang oleh pandemi Covid-19 yang telah mewabah sejak 2020. Proses pengerjaan kilang, kata dia, terus berjalan dan hingga saat ini telah mencapai kemajuan 74 persen dengan tetap mengedepankan keamanan dan keselamatan. Lanjut ia mengatakan, pembangunan kilang Balikpapan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena pengerjaan proyek ini berdampingan dengan kilang existing yang masih beroperasi. “(Pembangunan) ini ibarat seperti membuat gerbong baru, saat kereta yang sama sedang berlari kencang dan kemudian gerbong baru ini nanti digabungkan dengan gerbong yang sudah ada. Itulah tantangannya dan kita bisa mengerjakannya,” tegas Nicke.
Selain hal tersebut, ia mengungkapkan, tantangan lain juga terdapat pada penggunaan peralatan yang berkapasitas besar dan berat. Adapun peralatan yang dimaksud, seperti Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Disengager atau stripper dan regenerator dengan total beratnya mencapai sekitar 3.100 ton. Ditambah dengan pemasangan alat berat tersebut menggunakan giant rigger crane, derek khusus yang didatangkan dari Belgia. Lanjut Nicke mengatakan, peralatan tersebut memiliki sistem regenerasi bertahap (multistage regeneration), yaitu sebuah metode terbaru yang digunakan pada unit RFCC untuk dapat mengolah residu (bottom product) menjadi produk BBM yang bernilai ekonomis tinggi dan ramah lingkungan.
Dengan produk BBM yang berkualitas, kata dia, nilai ekonomi atau margin kilang juga akan meningkat. “Di dunia ini Tidak ada pembangunan proyek berdampingan seperti itu. Kita tetap mengoperasikan kilang, agar kita tetap dapat menjaga ketahanan energi dan suplai BBM tersedia cukup, supaya tidak impor,” ujar Nicke di sela-sela Closing Ceremony Project Financing RDMP Kilang Balikpapan. Setelah proyek tersebut rampung, ia berharap Kilang Balikpapan akan menjadi kilang modern milik Indonesia yang bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi serta ramah lingkungan, sehingga peta jalan transisi energi nasional bisa terwujud. Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target NZE 2060.
Komitmen tersebut dilakukan Pertamina dengan terus mendorong berbagai program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya itu sejalan dengan penerapan environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. Sebagai informasi, dalam acara Closing Ceremony Project Financing RDMP Kilang Balikpapan juga hadir Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini, Pelaksana Tugas Harian (PTH) Dirut PT Kilang Pertamina Internasional Isnanto Nugroho S, dan Dirut PT Kilang Pertamina Balikpapan Feri Yani. Selain mereka, hadir pula Direktur K-Sure Park Sig-weon, Vice President (VP) and Head of Project Finance Group from K-EXIM Kim Hyung-jun, Head of APAC SACE Marco Ferioli beserta 22 Perwakilan dari Commercial Bank, Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) Sung Y Kim, dan Dubes Italia Benedetto Latteri.